Rabu, 21 September 2011

Kadang Bikin Emosi


Awalnya sempet ragu ikutan sharing ato ga karna kl dpikir byk cerita tidak enaknya ketimbang yg enak saat pakai pembantu, juga bisa jadi emosi saat membicarakannya, serta agak takut dibilang merusak nama baik kumpulan pembantu" nantinya hhahaha... Tp akhirnya saya pikir tidak apalah sharing disini, siapa tau ada ide atau inisiatif apa yg akhirnya bisa diambil di masa depannya agar lebih baik, karna saya lihat Pak Made Teddy Artiana sering menulis artikel ♑å♌g berbobot.

Pembantu yg benar sekarang sdh langka, banyakan ga benarnya, begitu pula yayasannya. Dimulai dr waktu pengambilan mrk di makelar atau yayasan, sampai yang sekongkol dgn yayasan agar mereka pulang setelah masa jaminan yg biasanya 3 bln selesai, atau saat minta ganti selalu dibilang tidak ada pengganti. Ada hal ♑å♌g agak konyol menurut saya,  mereka yang dipekerjakan,  masa calon majikan yang diinterview ?, anggota keluarga berapa, ada piaraan anjing atau tidak, rumahnya tingkat atau tidak, ada teman atau tidak, maunya dipekerjakan berdua dengan temannya. Gaji mau tinggi tanpa mereka sadar tinggal dgn kita, makan gratis, tidak bayar sewa rumah, sakit diobati. Tapi kerjanya asal, belum lagi yang suka nyolong makanan atau harta. Maksud saya disini, kita sebagai calon majikan saja belum mengenal mereka, tidak ada referensi (seperti di luar negri) dari majikan sebelumnya apakah mereka bekerja baik atau tidak, bagaimana tingkah laku mereka tapi kita (mau tidak mau) terima mereka di rumah kita dalam keluarga kita, bahkan untuk menjaga anak,  ygmana jg ada kasus" pembantu ♑å♌g menyiksa anak majikannya.

Pernah dapat pembantu  pemula yang tdk bisa apapun, kerja apa juga tidak rapi, malas, curi makanan, berbohong, tidak ada niat usaha tapi makannya segunung dan sering pula. Tapi dia bilang ke yayasannya tidak cukup makan ! Olala.... Padahal saya tidak pernah memisahkan makanan mereka,  tidak saya jatah pula.

Ada lagi yg baru saja sampai di rumah sudah bilang tidak betah minta balik, diminta tunggu sampai besok agar diambil oleh pihak yayasan, eh malah dia kabur, sampai akhirnya saya tidak dapat pengganti dan tidak mendapat kembali uang yang telah saya bayar. Untuk pengambilan pembantu saja, kisaran jumlah Rp. 800 rb, mungkin sekarang  1 (satu) juta ♑å♌g harus kita keluarkan dari kantong, Itu bukan jumlah ♑å♌g kecil menurut saya.

Banyak sekali tindakan mereka yang buat kesal dan marah, dan kalau sharing dengan teman"...smua juga mengeluhkan hal ♑å♌g sama. Memang kita membutuhkan mereka untuk mengerjakan hal" ♑å♌g tidak sempat kita kerjakan, tapi mereka juga butuh uang dari kita bukan ? Mereka beri tenaga, kita memberi mereka tak hanya gaji, tapi jg makan dan tmp tinggal.

Sering saya perhatikan jika ada kasus mencuat pembantu dianiaya majikan di dalam atau luar negri, seringkali majikan ♑å♌g disalahkan, tapi adakah mereka lihat dari sisi lain, mengapa mereka diperlakukan seperti itu ? Bukan berarti saya setuju mereka disiksa karna saya juga tidak pernah melakukan hal itu, tapi terkadang perbuatan mereka sendiri ♑å♌g menyebabkannya, bikin orang naik darah.

Seringkali pihak majikan dirugikan, tapi tidak pernah mendapat perlindungan ♑å♌g seharusnya.
Pernah saya baca ada semacam wahana perlindungan untuk para pembantu, tapi adakah wacana perlindungan bagi para majikan agar tidak selalu dirugikan ? Bukankah para majikan adalah pengguna jasa alias konsumen jg ?
Semoga bermanfaat...
Salam,
Lina

3 komentar:

  1. He... Ida pingin ketawa sekaligus jengkel membaca tulisan ibu Lina ini. Pembantu juga manusia yang perlu dihargai tenaganya. Jika mau mengambil pembantu memang sudah sepatutnya memberi fasilitas, tempat tinggal dan makan sampai dia kenyang. Bukan mengeluh karena makannya yang banyak. Klo tidak mau kasih makan ya kasih uang makan (diluar gaji) agar dia beli di luar. Kalau tidak mau ya udah gak usah ambil pembantu. Klo sampe ada pembantu yang mencuri makanan itu berarti perlu ditanyakan kemurahan hati majikannya. Apakah pembantu kerja dalam keadaan kenyang atau tidak. Soalnya jika perut kenyang, kerja juga jadi enak, dan pikiran gak nggrangsang pingin macem".
    Ida pernah bekerja jadi pembantu, tapi gak pernah tu majikan merasa kehilangan makanan diambil pembantunya? Karena majikan memanusiakan pembantunya. Jadi apapun makanan yang ia beli, apapun yg ia makan, maka itu pula makanan pembantunya. Jadi gak sampe ada pencurian makanan. Betapa memalukannya ada pencurian makanan di rumah seseorang yang dicuri oleh orang yang tinggal serumah. Hikz... Semoga ini tidak akan pernah terjadi lagi.
    Dan untuk teman" yang memang memilih kerja jadi pembantu, Ida sarankan mendingan ke luar negeri aja deh. Sama" jadi pembantu, gaji jauh lebih besar, tempat tinggal terjamin, makanpun cukup, Dan tidak mendapat predikat pencuri makanan!
    Maaf jika kurang berkenan.

    Wassalam
    Ida Raihan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi kebanyakan pembantu emang gitu kerja gak beres makan banyak. Silahkan aja pembantu kerja diluar negeri kalau begok juga majikan bakal naik darah.

      Hapus
  2. Memang betul prt jmn skrg byk tingkahnya. Diksh macam2 fasilitas & uang tambahan, msh byk maunya.
    Sy tdk keberatan ksh gaji tinggi, tp sy mau prt yg bersangkutan kerjanya sesuai dgn gaji yg diberi ditambah referensi dr majikan sblmnya.
    Saya setuju dgn adanya UU perlindungan bagi kedua belah pihak, ga berat sebelah, dan perjanjian kerja jg dgn kontrak dibubuhi materai, jd prt ga bs seenaknya.

    Di luar negri (apalg arab) prt disiksa kali. Byk yg ngeluh tuh, gaji ga dibyr kan?

    Mslh bohong dll, wah udah kenyang.

    Jaman skrg majikan yg mkn ati sama prt loh, bukan sebaliknya.

    BalasHapus